OKI Tingkatkan Literasi Digital untuk Cegah Cyberbullying di Lingkungan Sekolah
Adi Yanto, Sekretaris Dinas Kominfo OKI, menegaskan bahwa kasus cyberbullying terus meningkat setiap tahunnya, dengan dampak yang serius terhadap kesehatan mental dan emosional anak-anak. Hal ini disampaikannya dalam seminar Bullying dan Parenting Gadget yang digelar oleh Yayasan Pendidikan Islam Madrasah Manbaul Ulum Islamiah di Desa Celikah, Kayuagung, OKI, Kamis (6/2/24).
“Statistik menunjukkan bahwa jumlah kasus cyberbullying terus meningkat dari tahun ke tahun. Dampaknya bisa sangat merusak, terutama bagi kesehatan mental anak-anak. Oleh karena itu, penting bagi kita semua untuk memahami bentuk-bentuk perundungan di ranah digital,” ujar Adi.
Adi juga mengingatkan bahwa fenomena perundungan siber pada anak seringkali dipicu oleh kelalaian orang tua dalam menggunakan media sosial, seperti mempublikasikan foto atau video pribadi anak secara berlebihan.
“Over sharing, terutama foto atau video anak-anak, bisa menjadi bumerang. Konten tersebut dapat dimanipulasi atau dieksploitasi oleh pihak lain untuk tujuan merendahkan atau mempermalukan anak-anak kita,” tegasnya.
Lebih lanjut, Adi menjelaskan bahwa perundungan di dunia maya memiliki dampak yang lebih berbahaya karena bisa diakses oleh banyak pihak. Pelaku juga sering menggunakan akun anonim, sehingga sulit dilacak.
“Fenomena perundungan siber yang dilakukan secara anonim membuat pelaku merasa lebih berani karena tidak takut akan konsekuensi. Ini menciptakan lingkungan yang tidak aman bagi korban,” tambahnya.
Untuk mencegah anak-anak menjadi korban cyberbullying, Adi menekankan pentingnya edukasi literasi digital sejak dini. Hal ini mencakup pengenalan tentang keamanan ruang digital, etika digital, serta cara menghadapi situasi perundungan siber.
“Edukasi tidak hanya tentang cyberbullying, tetapi juga dimulai dari dasar, yaitu mengenalkan literasi digital kepada anak-anak. Orang tua dan guru juga harus memiliki kesadaran dan dukungan penuh untuk menciptakan lingkungan sekolah yang aman dari ancaman perundungan siber,” jelas Adi.
Selain itu, Adi juga menyarankan agar anak-anak dilatih untuk mengambil sikap tegas jika menjadi korban perundungan siber.
“Ajarkan anak-anak untuk segera melaporkan kejadian tersebut kepada orang tua atau guru. Jangan merespons atau membalas tindakan perundungan dengan cara yang sama, karena hal itu hanya akan memperburuk situasi,” tutupnya.
Seminar ini diharapkan dapat menjadi langkah awal dalam membangun kesadaran bersama tentang pentingnya literasi digital dan upaya pencegahan cyberbullying di lingkungan sekolah. Dengan kolaborasi antara orang tua, guru, dan pemerintah, diharapkan anak-anak dapat tumbuh dalam lingkungan digital yang aman dan positif. (0ni)
Tidak ada komentar